Moments and Memories

Moments and Memories

Monday, 23 April 2012

Aku dan ASI

To cheers my self of giving a breastfeed for twenty Months, I would like to share a little bit story of it.
It will be in bahasa Indonesia (my mother language), For read in English, may used google translator.
I'll start it now, and would you stay tune?! :)


Dalam ranah pikiranku yang indah itu, aku selalu menganggap bahwa 
1. melahirkan secara normal akan mempercepat pemulihan kesehatan seorang ibu
2. memberikan ASI adalah sesuatu yang natural dan mudah untuk dilakukan. Wong hanya menempelkan saja koq susah!


Namun kenyataannya buat Aku, lah koq tidak demikian yah.


DiRumah Sakit
Josh lahir dengan berat 3.526 kg, Hari senin, 28 Juni 2010, Jam 1 Siang. Saat itu dokter memutuskan untuk memperlebar jalan lahir (alias - mengunting), dan dengan sakitnya proses kelahiran itu, proses pelebaran tak terasa. Bayangkan kalau lagi hari biasa, kebeset dikit ajah ni kulit, rasa sakitnya minta ampun.


Semua rasa sakit hilang seketika ketika menatap wajah bayi yang selama ini kureka-reka selama 9 bulan dirahim.


Proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pun dimulai, yang menurutku itu adalah perjuangan seorang anak untuk mencari sesuap nasinya.


Terpesona oleh kehadiran anak semata wayangku, alhasil aku pun susah tidur. Karena tiap mataku terpejam, wajah sang anak terbayang-bayang dimimpi. (wah lebay banget sih loe!)


Balik ke pelebaran jalan lahir, itu ternyata membawa pengaruh lain, yaitu aku lupa harus mengeluarkan sisa air (alias - pipis). Tengah malam, suster datang untuk membantu, 1/2 prosedur kateter pun dilaksanakan.


5 hari berada di rumah sakit, ternyata tidak membuat aku merasa lebih kuat. 
Tetap saja aku merasa sangat lemah.
Melihat ibu-ibu lain yang langsung mandi, jalan sana sini dikoridor rumah sakit membuat aku terpana dan terkagum-kagum, Koq bisa?


Jawabanku mestinya: Kekuatan masing masing orang lain, Non!.


Namun toh, Aku mencoba untuk sekuat ibu-ibu yang kuliat, tapi apakah mungkin?
Yah, ternyata aku Jatuh sakit, angin pun menghampiri ku di hari ke 7, hanya seminggu setelah kelahiran anakku.


Persiapan ASI
Tentang ASI, pemberian ASI kepada bayi mestinya menjadi sesuatu hal yang paling natural dan harusnya didukung dan diiyakan oleh semua pihak. Namun ternyata, pemberian ASI kepada bayi bukanlah menjadi hal yang mudah apabila disekililing kita merasa bahwa pemberian susu formula sebagai pengganti ASI adalah hal yang wajar. Oleh karena itu, dukungan dari suamiku (aka - daddy) merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh dari kesuksessan aku memberikan ASI. Dan hingga hari ini pun, aku berterima kasih pada daddy :) (walo daddy suka bercanda bahwa ASI itu memberi nilai ekonomis yang tinggi - aka tak perlu keluar uang susu formula :p. Tapi dibalik semua itu, disaat-saat yang paling terpuruk, aku tahu bahwa daddy berusaha mendukung untuk apa yang terbaik bagi istri dan anaknya.)


Persiapan untuk ASI kujalani mulai dari minggu ke 30 sesuai dengan petunjuk Buku Panduan untuk Ibu dari RS. Saint Carolus.
Berbekal dengan bacaan buku-buku dan google, aku mendapatkan pengetahuan manfaat ASI dengan PD dan yakin pasti bisa menyusui.


Hari pertama menyusui, Loo koq lama pisan yah si bayi nempelnya. Bisa 1 Jam, wah wah wah. Pertanyaan mulai datang?
(Salah satu kemungkinan jawaban: Pelekatan masih kurang tepat, Bayi juga sedang belajar menghisap, jadi memang butuh waktu penyesuaian). Bersyukurlah buat ibu-ibu yang langsung mantap menyusuinya.


Hari kedua menyusui, Loo koq ini dada seakan mau meledak yah, tapi koq si baby belum mau menyusui? Katanya ini banyak colostrumnya, kalau aku peras keluar, wah hilang donk colostrumnya. (Untuk bacaan tentang colostrum, klik tautan disamping ini http://en.wikipedia.org/wiki/Colostrum)
(Salah satu kemungkinan Jawaban: Dalam keadaan demikian, memang ASI mesti diperas keluar sedikit. Karna apabila dada terlau kencang, ASI yang keluar otomatis banyak, dan itu bisa membuat bayi tersedak awalnya sehingga melepaskan pelekatannya).


Pertanyaan-pertanyaan diatas memang dijawab dengan sabar oleh suster, namun tetap saja Aku Bingung - terdengar sangat manusiawi atau karena proses kerja otakku yang melambat *grin*.


Minuman dan Makanan
Asupan Makanan dan Minuman harus dijaga untuk menopang pemberian ASI.
Info BundaAir putih. Air putih adalah minuman terbaik bagi ibu menyusui. Minumlah segelas air putih (boleh juga diganti dengan jus buah sesekali), sesaat sebelum Anda menyusui. Minumlah kapan saja Anda merasa haus, minimal delapan gelas sehari. Jangan tunda minum sampai Anda selesai menyusui bayi, sebab bisa membuat Anda kekurangan cairan.
Namun kepercayaan ibuku (etnis tionghoa) mengenai Air putih sangat jauh berbeda. Air putih adalah big no no untuk ibu sehabis melahirkan, karena dingin terhadap rahim dan badan. Oleh karena itu, konsumsi air putih harus diminimalisir.
Terbayang tidak, bagaimana bisa air susu yang keluar, apabila tidak ada ada asupan air.
Tak heran, dari keluarga sederet usia mamaku, jarang sekali yang menyusui. Padahal nenek ku menyusui semua anaknya yang berjumlah 11 - dapat dibayangkan brapa banyak ASI yang diproduksi *smile*.
Aku tak putus asa, aku bernegosiasi dengan ibuku. Daftar dan jenis air apa saja yang boleh aku minum.


Inilah list air yang aku konsumsi untuk mengkompensasi air putih yang dikurangi:
Air beras (beras yang telah di ongseng)
Air tim angco, kichi, gengeng kua (barang dibeli di toko obat cina)
Air madu
Susu


Aku lebih memilih mengkonsumsi buah2an ketimbang dalam bentuk juice karena serat dalam buah masih terjaga.


Untuk makanan, aku berterima kasih pada ibuku. Walau dia mendukung untuk formula?! (lebih tepatnya mendukung supaya bayi tetap gemuk dan sehat - yakni dengan cara yang terlihat lebih mudah adalah memberikan susu pengganti), namun ia membuatkan makanan-makanan yang menurutnya bisa menambah ASI ku.
List makanan: 
Daun Katuk - bisa semangkok besar tiap hari
Kaki babi masak kacang tanah
Jagung rebus
+/+ semua masakan sehat lainnya.


Ada waktu dimana seminggu pertama aku makan menu yang sama terus setiap hari. Jujur? Bosan pisan. Sampai akhirnya aku makan empal, wah rasanya seperti terbang ke langit ke tujuh.


Tips lain dari ibuku: Sebelum memberikan ASI ataupun memeras ASI, jangan lupa, minum segelas or sebotol air hangat (kalo sanggup sebotol :) ) dan kompres dadanya dengan air hangat. Nah, alhasil, ASI akan lebih lancar.
Aku memperhatikan bahwa setiap kali menyusui suhu badan kita naik - berasa panas - hal itu yang kurasa sebagai pendorong agar ASI dapat keluar dengan lancar.
Note: Walaupun Ibuku tidak menyusui tapi dia mendapatkan tips ini dari nenekku yang telah menyusui 12 anak. I gave a try and I feel it useful.


Oh Rumah dan Jatuh Sakit
Sepulang dari rumah sakit, perjuangan dimulai. Nipple sudah lecet, dan bahkan berdarah (tak bermaksud melebihkan, tapi ini memang kenyataan) karena aku tak tahu bagaimana memperbaiki hisapan bayi yang salah. 


Kerabat maupun teman-teman yang bersuka cita atas kelahiran bayi kami mulai menjadwalkan kedatangan mereka.
Disatu sisi, aku senang banget dengan kehadiran mereka semua. Namun disisi lain, kondisi ku semakin drop karena waktu istirahat yang berkurang.
Dari sini aku belajar, tiap kali akan berkunjung kepada ibu yang baru melahirkan, aku memilih bertanya terlebih dahulu, apakah mereka dalam kondisi yang fit dan bisa menerima kunjungan kami.


Kenyataannya aku mungkin bukan orang yang fisiknya kuat. Kelelahan akibat mengasuh Josh membuat aku jatuh sakit.
Satu hal lagi, saat itu aku mungkin terlalu idealis, aku merasa aku harus mencoba untuk merawat josh.
Ibuku menyarankan agar aku mendapat pertolongan dari suster khusus yg merawat anak baru lahir. Tetapi saran itu tak kuhiraukan. Sesungguhnya aku lebih percaya pada ibuku untuk merawat anakku ketimbang orang lainnya.
Kembali lagi pada kepercayaan ibuku, bahwa semenjak anak gadisnya dinikahkan maka keterlibatan nya harus seminimal mungkin termasuk dalam hal merawat cucunya.  


Tepat hari ke 7 malam, pertama kali aku memeras asi dan memutuskan untuk memberikan melalui botol (setelah mencoba menyendoki yang tampaknya sangat sulit untuk kulakukan saat itu - Jujur, aku menangis saat menyendoki anakku ASI dan melihat Josh kerap menolaknya, aku merasa tak berdaya mengapa tidak dapat memberikan secara langsung padanya). Pilihan ini semua bukan tanpa resiko - Bingung Puting (nipple confusion) sudah pasti didepan mata. 
Pertimbangan: daripada aku harus memberikan susu formula botol masih lebih baik aku memberikan asi botol. Selain itu untuk kedepannya yaitu menyembuhkan nipple yang luka terlebih dahulu.
Oleh karena itu, aku menguatkan hatiku. Perasan pertama 75ml dalam 30menit, setidaknya malam itu dicukupkan untuk Josh.


Hari ke 8 pagi, bangun dalam keadaan pusing, mual, segala kondisi orang masuk angin.
Khawatir tidak bisa memeras air susu? Sudah Pasti!
Paksa diri makan dan minum walau harus mual dan muntah berkali kali, Paksa diri berpikir jernih.


Ingat lagu sekolah minggu:
Burung pipit yang kecil, dikasihi Tuhan. Terlebih diriku, dikasihi Tuhan.
Bunga Bakung di padang diberi keindahan. Terlebih diriku, dikasihi Tuhan.


Dengan pikiran sederhana, jika Tuhan memampukan sapi untuk menyusui anaknya, masakan manusia tidak dimampukan untuk menyusui anak manusia.
Aku sudah memulai proses menyusui ini, setidaknya aku harus berusaha sampai titik semaksimal ku.


Aku berpegang dengan pikiran itu, dan saat tiba waktunya untuk memeras bagi Josh, aku santai melakukannya. Hey 130ml dalam waktu 30menit. It is real? Yeah!


Tantangan tak berhenti disana. Hari ke 8 malamnya. 
Hasil perasan ASI ada darah, sehingga harus dibuang 20ml pertama. 
Sesudah darahnya berhenti, proses memeras dimulai lagi, ada skitar 80ml. 
Entah pegangan kurang benar, tumpah, hampir sekitar 30ml. Berarti hanya sisa 50ml.
Josh yang hanya minum 50ml merasa tidak puas, dan menangis-nangis. Mama kerap bertanya, apakah itu cukup, kapan aku bisa kasih ASI lagi.
Malam itu bisa dibilang malam kegoyahanku. Terbersit untuk men-stock susu formula 1 kaleng. Namun Daddy disampingku mengambil tindakan, dia menenangkanku bahwa 50ml itu cukup untuk bertahan satu jam, Josh harus belajar bertahan juga, dan dia meminta ku untuk tenang dan menunggu satu jam.
Sesudah 1 jam, aku membiarkan Josh menghisap secara langsung malam itu walau perih dan sakit, dengan harapan dia akan lebih tenang. Alhasil baby Josh tertidur.




Kedepannya tentu ada kalanya naik turun perasan asi ku.
Paling banyak pun 180ml (untuk nanti baby usia 6bulan). Josh kadang minum 100ml, 125ml, or 150ml, tergantung dia pup, pee nya gimana.


ASIBot (ASI Botol)
Singkat ceritanya, Josh menjadi anak ASIBot.
Dalam hati saya berharap Josh bisa pindah balik kepada ASI langsung agar tak merepotkan pastinya. Namun juga dengan pertimbangan tertentu.
Bilang ASI Langsung seratus persen dengan ASIBot Sama? Ternyata tidak juga bagi saya, setidaknya dua hal yang saya amati dibawah ini.
1. Rasa ASI
Sudah pasti berbeda antara ASI yang dialirkan dari dada langsung ke mulut dengan ASIBot.
Ok, ASI itu ada bagian yang disebut sebagai fore milk dan hind milk.Fore milk adalah ASI yang dialirkan pertama tama saat dihisap oleh bayi dan kandungan lemaknya lebih rendah, jadi lebih light rasanya. Kalau aku ambil kesimpulan, foremilk itu bagai air minum untuk meredakan dahaga.
Hind milk adalah ASI yang terkemudian dihisap oleh bayi sesudah foremilk dimana komposisinya lebih banyak lemaknya.
ASI yang baru diperah - rasanya manis, menyegarkan. Kemudian setelah beberapa saat akan lebih kental.
ASI yang diperah dan ditaruh dalam kulkas dengan maximal waktu 24 jam dan dicairkan lagi, akan memiliki rasa yg lumayan sama walo lebih berminyak.
ASI yang telah diperah dan disimpang di freezer, baik 1 hari maupun sampe beberapa bulan (ada maximal bulannya). Bisa click the website berikut untuk mengetahui lebih lanjut cara penyimpanan dan lama waktunya. www.breastfeedingbasics.com, www.babycenter.com.
, sesudah dicairkan (dengan direndam air panas, bukan dimasak yah), maka rasanya sangat bau besi, yang menurut saya tidak ada enak-enaknya sama sekali walau bayi bisa menerimanya yah.
Ada Keinginan hati yang tak pernah berubah, yang tetap membuat aku mencoba cara-cara mengembalikan Josh pada hakekatnya :p, yaitu menghisap secara langsung ASI tersebut.
Seakan-akan mengkonfirmasi, "Ini lo ma, aku bisa koq menyusui dengan baik dan mama bisa duduk dan aku tidak perlu pake sling lagi."


Koq tahu?
Yes, saya cobain. Prinsip pikiran saya sederhana, apa yang akan ditelan anakku, setidaknya aku harus mencoba merasakannya, karna anakku yang kecil itu takkan mampu mengatakannya kepadaku. Yah setidaknya dia makan apa yang kumakan selama 9 bulan, maka sekarang aku mencicipi apa yang akan dia makan :)


2. Hubungan ke lidah, Guna foremilk dan hindmilk lebih tampak pada saat ASI dihisap langsung.
Pernah dengar lidah putih-putih sehabis minum susu? Yups, susu formula pasti akan menghasilkan lidah putih-putih dikarenakan sisa susu sehingga harus diberi sedikit air putih untuk pencuci mulutnya si baby. Demikian pula loo dengan ASIBot, aku melihat lidah Josh tak ada bedanya dengan anak minum susu formula.
Loo koq bisa? Katanya kalo minum ASI, lidah tak mungkin putih. Iya itu berlaku untuk ASI langsung. Karena saat menghisap ASI langsung, maka foremilk awalnya berfungsi sebagai air yang mengobati haus dahaga dan sekaligus membersihkan sisa susu sebelumnya.
Semua ini berdasarkan hasil pengamatan selama berbulan bulan terhadap Josh. Apakah ini mungkin berbeda dengan bayi lain, mungkin saja!


Selain pertimbangan diatas, tentunya kalo ASI langsung tak merepotkan. Tak perlu cuci botol, tak perlu sterilisasi, tak perlu memerah ditengah malam terbangun sendirian, yang semuanya itu memakan waktu dan energi tersendiri.


Oleh karena itulah, aku bertekad, one day, I will make my Josh to choose my breast then the bottle. Wuhuuu *wink* ;p.


Nah, seandainya tidak bisa balik, maka saya harus memikirkan cara bagaimana supaya ASI perahku cukup sampai Josh setidaknya 1 tahun.
Beberapa hal yang kulakukan:
1. Memeras dengan jadwal dan berusaha memenuhi kuota ;p.
Ya, aku memeras per 3jam, walo tengah malam, aku tetap bangun, demi mengingat ASI dan Josh. Setiap kali sebelum melakukan aktivitas ini, saya selalu melihat Josh. Dan ini memberikan efek yang bagus, ASI ku berproduksi saat aku berpikir tentang Josh - psikologic effect.
2. Melakukan switch ASI botol perah yang segar (alias not more than 24 hours in refrigerator) dengan ASI yang telah freezer.
Setelah 2 minggu di freezer, saya pakai ASI tersebut mulai yang paling awal dimasukkan. (FIFO - first in first out - Accounting banget sih :p). Let say, Josh butuh 8 kali ASI bot dari hasil perasan hari itu, maka salah satu ASI bot pada hari itu adalah yang dari freezer. Dengan kata lain, hari itu aku bisa simpan 2kantong ASI ke freezer.




Pertanyaan selanjutnya, sebenarnya berapa sih ASI yang dibutuhkan bagi bayi agar dia merasa cukup?
Untuk ASI langsung, menurut DSA yang saya datangi, biarkan si bayi memilih menghisap kapanpun dia mau. Awal-awalnya mungkin berasa sangat cepat sekali dia lapar. Iya, wong dia baru belajar menghisap, selain itu lambungnya hanya sebesar batu kerikil. Kalo sudah pup, pasti lapar lagi. Karena kita tidak bisa menghitung jumlah berapa ml yang kehisap oleh bayi, maka Berat badan yang progresif naik dan sejajar dengan pertumbuhan tinggi badan dan uk.kepala saat pemeriksaan regular bisa menjadi parameter kecukupan ASI. Selain itu ukuran banyaknya pipis dan pup.
Awal pertama aku menyusui Josh, bisa 1 jam. Saat 4bulan waktu memulai menyusui langsung lagi, aku merasa hanya sekitar 15menit saja setiap kali menyusui.


Untuk ASIbot Josh - tergantung bagaimana perahan asi, komposisi foremilk dan hindmilk nya. Terkadang aku memerah 2 dada sekaligus dan ditaruh dalam satu botol. 
Let say, saya perah dibagian kiri 125ml dan dibagian kanan 125ml. Maka dijumlahkan = 250ml. Dan dari sana saya berikan 150ml kepada Josh. Komposisi foremilk nya pasti lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang menghisap langsung dari satu dada sampai dia puas baru berpindah kepada dada lain bukan. Tentu berat badan seperti yang telah disebut diatas juga menjadi parameter, tapi biasanya kalo sudah memakai botol, kita sebagai orang tua cenderung tidak khawatir, karena jelas tahu berapa ml yang sudah dikonsumsi.


Hal yang kupantau dari Josh:
- Josh maunya minum dengan cepat, terkecuali jikalau dia hiccup atau setengah tertidur, maka dia terima jika dikasih ASI secara langsung.
- Saat lapar, Josh juga tidak mau menyerah, dia tetap menolak ASI langsung. -> Dipikir-pikir, manusia itu pada dasarnya sudah berdosa, buktinya bayi saja akan memilih mana yang senang baginya :p.


Kembalinya Josh pada ASI langsung.
Aku tidak tahu apa yang terlintas pada pikiranku saat itu, dimana aku akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan botol saat Josh sudah 4 bulan dan sudah sangat terbiasa dengan botolnya.
Dipikir mungkin karena dokterku mengatakan bahwa sesudah 5 bulan, bayi biasanya akan memilih apakah dia akan menghisap ASI secara langsung atau ASI bot.
Ketakutan datang padaku saat aku memikirkan apabila ternyata akhirnya dia akan memilih botol. Apakah ini keegoisan seorang ibu? 


Yang pasti aku memulai full breastfeed saat hari sabtu 12 November 2011. Cara ekstrem, no bottle only breastfeed.
Yang pasti aku memilih jalan ini dengan pertimbangan:
1. Jika dilakukan setengah-setengah, maka akan lebih lama dan susah
2. Berat badan Josh 4 bulan itu 8kilo - Standar WHO rata-rata untuk anak 4bulan adalah 7kilo. At least aku tahu Josh sehat dan tidak berkekurangan. Dan dari diskusi dengan dokter, aku mengambil kesimpulan bahwa aku harusnya tidak ragu ragu untuk bisa breasfeeding Josh.
3. Produksi ASI cukup dan seimbang dengan kebutuhan Josh jika dia breastfeed. Tau dari mana? Pada masa ini, setiap 3jam jikalau aku pompa setidaknya ada 200ml keatas dari dua dada. Dan itu cukup pastinya untuk Josh yang baru 4bulan.


Apa yang terjadi saat aku memulai full breastfeed?
Tangisan demi tangisan yang kudengar. Josh menolak dan lebih baik melaparkan dirinya daripada harus menerima dada mamanya.
Pengalaman yang sangat buruk dan tidak mengenakan bari saya maupun Josh pada hari itu.
Kita berdua sangat lelah dalam proses tersebut.
Saya menghiburnya dengan menggendongnya sambil ASI, menyanyi, ataupun hal lainnya, tetapi semua tidak ada yang bekerja.
Saat dia hampir tertidurlah baru dia menyerah untuk minum ASI.


Saat minggu pagi, aku melihat diapers Josh and terlihat tidak sebasah biasanya.
Merasa sangat buruk sebagai mama, karena itu membuktikan bahwa dia tidak minum seperti biasanya.
Aku ingin menyerah saja.
Tetapi Daddy mendorongku untuk meneruskan proses tersebut sehari kedepan lagi - genap 3hari. (Aku telah membuat anakku menangis seharian, dan jika aku stop ditengah, bukannya semua itu sia sia belaka jadinya.). 
Hari ini tetaplah sama, tangisan demi tangisan, tapi semua menunjukkan progress yang lebih baik, dia terlihat lebih menerima mudah menyerah.


Pada hari ke tiga - Senin, keadaan terlihat seperti awal aku memulai lagi. Aku merasa lelah, dan sesudah makan siang, aku menelpon Daddy dan bilang aku akan menyerah.
Biarkan Josh memilih dan sepanjang dia bahagia dan sehat, aku sudah siap menyerah.


Saat hari ke empat, aku menyiapkan ASI botol. Tapi entah kenapa, aku menemukan cara untuk membuat Josh lebih relax dalam breastfeed dan aku mencoba itu sebelum memberikan ASI botol, dan ternyata berhasil, dia mau minum ASI tanpa harus menangis dst. Aku mengayunnya dalam sling. Jika sebelumnya, botol yang datang pada Josh, maka sekarang Josh yang harus belajar berinisiatif untuk minum ASI, oleh karena itu seringkali posisinya salah dan Josh kecewa karna tidak langsung dapat meminum ASI dan kecewa.Aku belajar menempatkan dia dalam posisi dimana lebih mudah untuk breastfeed, sehingga saat dia membuka mulutnya, maka dia akan dapat segera meminum ASI.


Hari ke lima, Josh sekarang mencari ASI dariku dan dia minum lebih baik dari dadaku.
Walau demikian, aku masih menyediakan botol kalau kalau dia menolakku. (tampaknya aku yang ragu dalam hal ini :p)


Semua pengalaman ini jelas membuat trauma Josh dan juga saya. Bagaimana dia nangis sepanjang hari, tidak tersenyum saat melihatmu, memukulmu dengan tangan kecilnya, dan bahkan memalingkan wajah darimu.


Kalau pernah terbersit dipikiran "ohh kan cuma baby, gampang lah", bahhh, aku merasa bahkan untuk mengubah satu kebiasaan bayi juga tidak mudah.
Oleh karena itu, sesudah berusaha sampai tahap ini, aku bertekad, dimanapun aku akan selalu sedia ASI langsung untuknya walau aku harus selalu mengendongnya dalam sling sambil berdiri setiap kali dia breastfeed.
Sampai tahap inipun aku berkata pada diriku, jika ternyata beberapa hari kedepan dia lebih memilih botol, maka aku akan membiarkannya. Karena memang adalah resiko dari keputusanku terdahulu yang memberikan dia ASI botol. Aku telah mencoba berbagai cara, dan bagiku yang terpenting adalah melihat Josh bahagia dan menikmat awal hidupnya dan lingkungan barunya, serta melihat bagaimana kemampuan dia berkembang setiap hari (ketimbang hanya berfokus pada breastfeed).




Tanggal 25 February 2011 - Josh 7 Bulan 28 hari, adalah hari yang kucatat bahwa Josh dapat breastfeed tanpa aku harus pakai sling. Aku duduk, dan dia kupangku dan dia bisa menyusui dengan baik.
Sesudah selesai, dia tidur terlelap.
Ada perasaan lega pastinya. Kalau dipikir-pikir butuh sekitar 3bulan sampai akhirnya dia benar-benar mengkonfirmasi hal itu kepadaku.


Itulah setidaknya pengalamanku pribadi dengan ASI dan aku bersyukur atas apa yang telah kulalui.
Mungkin ada yang berpikir, bagaimana jika tetap ASIbot? Seperti aku tulis diatas, saat aku memulai keputusan untuk full breastfeed (selama 3 hari), pada akhirnya aku juga menyiapkan diri untuk menerima keputusan Josh jika dia memilih ASIbot. Karena bagiku, kebahagian Josh dan perkembangan emosional Josh jauh lebih penting dari sekedar apakah dia bisa breastfeed atau tidak (walo breastfeed juga penting pastinya). Toh sama sama ASI begitu, dan tidak masalah kalo hanya aku yang akan lebih repot, peras ASI, cuci botol, dsb.  




Pada akhirnya aku ingin berpikir demikian, setiap ibu pasti berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Aku mengingatkan diriku, dalam proses pemberian ASI yang terpenting juga adalah aku harus menjalaninya dengan bahagia. Jikalau aku tak bisa bahagia, jikalau aku tertekan dalam memberikan asi, maka proses membangun hubungan antara aku dan anakku pun akan terganggu. Bayiku akan mikir "koq mama stress banget kasih minum aku" - bukan pikiran dan pernyataan yang membangun si kecil pastinya.
Jadi apapun pilihan kita, pastikan bahwa memang kita tahu konsekuensinya dan jalanilah dengan hati yang bersuka cita.


Notes: Saya bukanlah seorang dokter maupun ahli kesehatan. Selain sumber yang telah disebutkan pada tautan diatas, maka semua tulisan lainnya adalah murni merupakan hasil dari pengalamanku sehari hari sebagai ibu yang mencoba breastfeeding. Tidak ada pihak manapun yang memaksa saya menuliskan hal diatas dan Anda bisa saja setuju maupun tidak dengan setiap tulisan diatas.
Apabila anda mengetahui sesuatu yang kurang benar diatas, maka anda dengan senang hati dipersilakan mengirimkan pesan maupun comment di blog ini. ^^/ 
Let give something best for our children, the greatest milk in this world, provided freely from LORD in heaven, our Creator, Breastmilk.


P.S. Tulisan ini telah dimulai sejak lama - 18 November 2011, tapi baru hari ini aku mempostingnya. Tulisan ini juga didasarkan pada e-mail mengenai keadaanku yang kukirimkan ke sahabat baikku saat kejadian berlangsung.
Tampaknya lebih mudah memulai topik yang baru, ketimbang menyelesaikan topik yang lama :p. Semoga tulisan ini setidaknya menjadi pengingatku akan masa-masa menyusui :).

No comments:

Post a Comment