Moments and Memories

Moments and Memories

Saturday, 2 June 2018

To Wait in Hope - Penantian dalam Pengharapan

Hampir dua bulan saya tidak menuliskan apapun didalam blog ini, karena waktu diprioritaskan untuk hal yang lain.

Hari ini aku ingin menuliskan bagaimana keluarga kami penantian dalam pengharapan.
Bulan April lalu ketika tahu saya sudah telat periode, test pack menunjukkan 2 garis walaupun satunya samar. Wah senang sekali rasanya. Saya bertanya-tanya, Tuhan apakah ini jawaban atas doa permohonan dan janjiku?

Tunggu menunggu sampai harap cemas, rambut banyak rontok, jerawat muncul, hingga mual-mual.
Hmmm rasanya ini symptom yang tepat.
Aku menahan diriku untuk ke dokter sampai minggu yang tepat. Rencana awalnya Minggu ke 8 (Catatan kali ini detail, karena aku sudah menggunakan aplikasi - mantap yah zaman now).
Tapi keinginan untuk tahu begitu besar, akhirnya Minggu ke 7 datang ke dokter.

Minggu 7
Kantong kehamilan GS 17mm, bulat, bagus. Tapi tidak ada yolk sac. Tidak ada Fetal pole.
Saya langsung tanya dokter, apakah ini indikasi BO (Blighted Ovum). Jawaban dokter, Iya ada ke arah sana, tapi harus menunggu lagi karena GS nya ini masih 17mm setidaknya 2 minggu.

Pulang ke rumah, rasanya sedih. Apakah kehamilan yang ditunggu sekian lama, akan lagi berakhir dengan BO. Sederet rencana ke depan pun semua on hold.

Di saat ini, aku bersyukur aku punya teman berdoa, mereka yang mengetahui keadaanku juga turut didalam penantian bersamaku.

Selama masa ini, aku, papa dan Josh keep on praying, selain menjaga kesehatan diriku juga.

Aku rencanakan Check up berikutnya tanggal 31 Mei (Minggu 9 +), agar beberapa hal yang harus kukerjakan sudah selesai. At Least tanggal 1 Juni libur, jadi antara bahagia atau bisa nangis dengan sepuasnya hehehe

31 Mei
Siang hari sesudah bermain dengan Josh, ada flek pink. Bingung apa artinya ini. Tapi aku putuskan tetap masuk dalam kelas hari itu, namun minimalisasi gerakan, karena belum ada konfirmasi apapun.
Jam 7 malam masih duduk di kelas bersama orang tua anak lainnya. Praktek dokter selesai dalam waktu setengah jam lagi. Dan benar, malam itu saya tidak bisa periksa ke dokter.
Dalam perjalanan pulang, Josh bilang "Ma, aku jadi ada kesempatan lagi berdoa untuk dede."
Iya yah, menunggu dengan berdoa. Malam itu Josh berdoa, supaya dia bisa jadi koko yang baik.

Sebenarnya dari begitu banyak artikel dan sharing yang kubaca hampir kebanyakan GS 17mm yang kosong akan berakhir dengan BO. Tapi ada juga sharing yang berbeda, dan aku berharap bisa masuk dalam yang mendapatkan keajaiban.
Namun aku sadar, ketika bukan sekarangpun, artinya Tuhan tahu yang terbaik untukku.

Minggu 10 kurang 1 hari
Pagi-pagi kami sudah bersiap ke Dokter. Menunggu 30menit di ruang tunggu membuatku mual, seperti orang yang akan naik panggung saja.
Masuk dalam ruangan, dokter katakan, harusnya sudah bisa lihat dengan jelas, dan mulai bertanya sudah test darah, apakah vitamin masih ada, sementara saya bersiap di periksa. Dalam hati, dokter lebih percaya diri daripada aku hehehe.

Pas USG transvaginal, erhmmm kantong itu kosong. GS 29mm. Aku tahu apa maksudnya.
Dokter memeriksa berulang, kiri kanan, dan sebagainya, namun memang kosong.
Josh pun berjalan melihat ke layar dan dia melihat kantong yang kosong. Langsung dia minta dipangku papa. "Pa itu tidak ada dede yah." Iya kata Papa. Dan dia langsung sedih.

Tentu dokter mempertanyakan apakah aku akan 2nd opinion, tindakan apa yang dilakukan, pemeriksaan darah untuk tahu level HCG, kemudian soal kuratase.
Aku menjawab, jikalau boleh, aku ingin coba obat terlebih dahulu.
Aku tak ingin lagi di suntik maupun masuk ke meja operasi.

Dalam perjalanan pulang, kami melanjutkan kegiatan kami seperti biasanya, pergi berenang.
Aku butuh waktu untuk menyalurkan emosiku dan biasanya berenang adalah hal yang paling kusuka.
Saat berenang itu, aku bertanya pada diriku. Bagaimana perasaanku?
Tentu aku sedih, tetapi kejadian BO dalam kehamilan pertama 9 tahun yang lalu, ditambah sudah ada kehadiran Josh dalam keluarga kami, membuat aku rasanya bisa lebih tenang menerima keadaan ini.
Aku sedih ketika mendengar Papa bercerita tentang Josh. Itulah iman anak, dia berdoa dan berharap sepenuhnya didalam ketidakpastian, ketika akhirnya ada jawabanpun, dia tahu, dia sedih dan dia menerimanya.
Aku bertanya, bagaimana yah dengan diriku. Aku percaya ada miracle, aku juga berharap. Tapi didalam pengharapanku, aku menggunakan logika ku dimana dari tulisan tulisan kedokteran, aku tahu hitungan besaran harapanku. Aku bertanya-tanya, apakah sebenarnya aku sudah berharap sepenuh hatiku sampai seperti Hana? Tuhan, Engkau tahu imanku lemah, dan aku takut.
Aku melihat lagi dalam hidupku, sesungguhnya Tuhan telah melakukan hal ajaib dalam hidupku. Ketika aku tidak meninggal dalam kecelakaan, ketika rumah terluput dari kebakaran padahal api sudah menjilat dinding belakang, ketika bisa memiliki Josh, bahkan ketika masih bisa menulis saat ini, dan menikmati berelasi dengan keluarga dan teman.
Tadi di kolam, aku mencium Josh, kukatakan pada Papa dan Josh, ada miracle yang Tuhan telah kasih yaitu Josh. Setiap benih kehidupan yang Tuhan berikan adalah Miracle.
Kalaupun saat ini jawaban Tuhan adalah belum, aku akan menerimanya dan berpikir apa yang bisa kulakukan bagi pekerjaan Tuhan sembari menunggu.

No comments:

Post a Comment