3Kardus besar hasil pindahan dari rumah Pho-pho nya Josh tergeletak di lantai menanti untuk dibereskan.
Menunggu dibelikan lemari baru.
Kalau sudah begini, pelan pelan satu per satu kulihat isinya.
Ternyata aku lumayan banyak nulis. Jika sekarang ada blog, dan bisa dibaca semua orang, maka dulu hanya menulis dibuku diari, dimana hanya aku dan Tuhan yang tahu isinya.
Dear Diary!
Istilah yang populer dimasa itu.
Saat senang, bahagia, sedih, gelisah, semua tertulis dengan begitu gamblang dan blak blak-an tanpa perlu memikirkan kata mana yang dipakai atau bagaimana yang baca.
Kejujuran yang terpampang.
Josh, aku akan cerita apa yang aku belajar dari melihat ke masa lalu.
Tentu bukan segudang item favorit, surat, pernak pernik, gambar fav yang masih tersimpan.
Tapi ada satu hal yang aku belajar didalam bekerja khususnya.
Aku dulu terlalu banyak pikir, pikir apakah ini ataukah itu. Tepatkah, benarkah?
Sedikit jauh keraguan itu mempengaruhi seberapa maksimal yang telah aku berikan dalam kerjaku - kerja di ladangNya.
Josh, biarlah kamu nanti boleh mengerti, ketika hal itu datang dan dipercayakan kepadamu. Tak usah banyak ragu, kerjakanlah dengan sepenuhnya seperti untuk Sang Pemilik Ladang bukan orang dunia ini. Jika selesai bagianmu, pastilah kau akan dipindahkan oleh Sang Pemilik.
Tak usah kau pikirkan kapan waktunya, karena Dialah yang tahu yang terbaik.
Aku masih mempunyai sisa hari. Saat ini, aku terus belajar untuk taat mengerjakan yang terbaik yang ada di hadapanku.
Dear Diari - suatu catatan langkah ku dimasa lampau.suatu pengantar untuk proses hari depanku.
No comments:
Post a Comment