Pernah dengar Lindung cah Fumak? *Raise your hand*, apalagi kalau berada di restoran Angke.
Salah satu menu favorit yang akan aku pesan.
Kenapa?
Pertama, aku tidak pernah masak Lindung.
Kedua, rasa nya enak *grin*
Sebagai golongan darah "O", menurut Calvin, aku punya kebiasaan selalu ingin coba masak sesuatu yang sudah aku makan di restoran. Tentu tidak semuanya akan aku lakukan, apalagi yang prosesnya rumit dan sulit, cukup sesekali saja menikmati di rumah makan saja.
Contohnya, jangan berharap aku akan masak "Rendang" :p.
Demikian pula mencoba masak lindung cah fumak, wallah... rasa restoran Angke tak mungkin bisa dilawan, jadi bagaikan membuang garam ke laut, jika aku coba buat.
Entah apa yang terlintas di pikiran, saat lewat di market dan lihat Belut hidup.
Tanya-tanya ke petugas nya dan bisa dibersihkan. Alhasil, kubawalah potongan satu ekor Belut pulang.
Terpikir akan makan belut goreng.
Tapi, saat akan membersihkan, Kyaaaaa, ternyata belut itu masih bisa bergerak.
Oh tidak.... akhirnya ku freeze dulu.
Keesokannya, kukeluarkan, dan saat akan kupotong kecil, baru kusadari bahwa ternyata oh ternyata belut itu ada tulangnya. *blush*
Alhasil, butuh proses untuk memisahkan tulang. Dan untuk pertama kalinya, dapurku jadi "bloody kitchen".
Sesudah memaksa diri *hehehe*, akhirnya proses memasak selesai juga.
Belut taruh garam sedikit, di goreng, sisihkan.
Cah bawang putih dengan ang cao.
Tumis dengan belut. Tambahkan garam sesuai selera.
Karena tidak ada fumak, pakailah daun selada sebagai sampingannya.
Walo rasa tentu tak dapat menandingin, Habis juga sih sepiring, tapi untuk pertama kalinya aku katakan ke calvin, aku tidak akan masak lindung lagi.."No more", let go to Angke saja ^^ wakakaka....
seremm kayanya yaaa bloddy kitchen.. aku bayangin bentuknya aja udah geli hehehe... tapi rasanya enak sih..
ReplyDeleteIya, aku lebih suka makan yang sudah jadi saja ketimbang mengolahnya sendiri *grin*.
ReplyDeleteYah, jadi pengalaman tersendiri dengan si belut ;)