Moments and Memories

Moments and Memories

Tuesday, 7 May 2019

Remembering my lovely friend Deci Deria


Belum sempat menulis sekian lama, ternyata tulisan berikut ini bercerita tentang teman terkasih yang harus pergi mendahului kami yang masih ada di dunia.
Pertemanan kami dimulai dari SMA kelas 1. Saat itu aku baru pindah ke sekolah baru, dengan segala lingkungan yang baru, belum lagi ditambah jarak yang jauh dari rumah. Terbersit kesulitan untuk mencari teman baru. Ternyata ketakutan itu tertepis, teman pertama yang langsung dekat dan kamu berasa diterima apa adanya adalah dengan Deci Deria.
Dari Deci, berkenalan dengan Erfia. Tentu di tengah itu ada Lianty juga.
Tentulah juga terus berteman dengan teman-teman lain di kelas.
Masa sma kelas 1 pun aku merasakan perhatian teman-teman saat Papa meninggal.
Masa dimana makan ice cream cone Mc Donald pasar baru jadi tempat tongkrongan mewah kami.
Masa dimana kerusuhan terjadi dan aku awalnya diminta tidak pulang sama Deci. Tapi karena aku coba pulang dan entah bagaimana supir kopami tidak mau melanjutkan perjalanan melewati roxy jadinya aku pun memutuskan untuk balik lagi dan menginap dirumah Lianty selama seminggu.
Sayangnya naik kelas 2, kami dipisahkan. Deci bersama Erfia tetap sekelas, sementara aku dikelas lain. Sedangkan Lianty sudah berangkat ke Taiwan.
Ah, masa dimana tiap istirahat aku coba mencari mereka dikelasnya, dan rupanya kesempatan ini pula yang membuka kisah lain lembaran hidupku.
Sampai kelas 3 kami tak pernah sekelas lagi. Perpisahan kelas 3 ke Pangandaran pun Deci tidak ikut. Tapi kesan pertemanan dari kelas satu selalu jadi ikatan yang cukup bagi kami terus bertemu hingga masing-masing dari kami menikah dan punya anak.
Ada masa dimana komunikasi seakan terputus. Terutama masa kuliah dimana masing-masing sibuk dengan perkuliahan yang ada. Sempat bertemu ketika Lianty lagi kembali ke Jakarta.
Mulai terjalin lagi saat satu per satu dari kami mulai menikah. Deci juga membantu saat pernikahanku. Buket bunga pernikahanku dibuat oleh keluarga Deci.
Sesudah itu masa-masa komunikasi lebih terbatas karena kehamilan kelahiran Josh.
Bertemu hanya saat Erfia pulang ke Jakarta.
Struggle dengan kesehatan Mama dan WT. Hingga datang undangan nikah Deci. Wah senangnya. Deci pun pindah ke Muntilan dan komunikasi hanya lewat wa saja. Kemudian baru bertemu tatap muka kembali ketika Deci bawa Richard baby ke Jakarta.
Aku datang ke rumahnya di jalan Garuda. Jalanan tempat banyak jual mpek-mpek.
Teman yang lama baru bertemu tetapi setiap bertemu kamu merasakan kehangatan pertemanan kembali - itulah yang kurasakan saat berbicara dengan Deci. Deci selalu menerima dengan tangan terbuka dan itu yang membuat aku tak enggan membuka diri dan bersikap apa adanya kepadanya.
Dia membuat aku nyaman tanpa perlu takut penilaian orang akan diriku.
As usual Deci akan banyak tertawa dan cerita-cerita. Dari pertemuan itu aku juga baru tahu ada pergumulan yang dia hadapi juga. Tapi tertawanya membuat semuanya seakan ringan untuk dijalani. Tawa mu yang lepas selalu membuat sekitarmu ceria.
Kami berpisah saat itu untuk janji nanti bertemu lagi.
Saat pemilu pilkada Jakarta dua tahun lalu pun Deci pulang untuk give her voice.
Tahun berikutnya, Deci selalu info ketika dia di Jakarta. Hanya waktu dimana dia di jakarta, saya tidak ada.
Ah. Mengapa hari ini kau sudah kembali. Kabar yang kuingin beritakan dalam seminggu selanjutnya pun tak dapat lagi kusharingkan dengan kamu.
Aku merindukan tawa ceriamu. Aku akan merindukan sosok teman sepertimu, Deci.
Biarlah kami disini mengingat untuk terus melanjutkan panggilan hidup yang masih dipercayakan.
Kiranya Deci sudah bahagia kembali ke rumah Bapa di Surga.

No comments:

Post a Comment